Krisis Mengungsi di Paniai: Respons terhadap Konflik TNI-POLRI dan TPNPB-OPM

16 Juni 2024, 18:38 WIB
Krisis Mengungsi di Paniai: Respons terhadap Konflik TNI-POLRI dan TPNPB- /

RAKYAT PAPUA - Paniai,Di tengah kemelut yang membayangi Papua, khususnya di Distrik Bibida, Kabupaten Paniai, Provinsi Papua Tengah, masyarakat lokal Paniai Timur dan Bibida dihadapkan pada realitas pahit. Sabtu, 15 Juni 2024, menjadi hari yang tercatat dalam ingatan kolektif mereka sebagai hari dimana dentuman senjata mengubah kehidupan sehari-hari mereka.

Sementara ini baku tembak antara TNI-POLRI dan TPNPB-OPM eskalasi ke tingkat yang memaksa masyarakat setempat untuk mencari perlindungan.

"Konflik ini bermula dari baku tembak intens antara TNI-POLRI dan TPNPB-OPM. Kejadian ini tidak hanya menyebabkan kerusakan fisik pada infrastruktur lokal tetapi juga mengancam keselamatan dan keamanan penduduk setempat, memaksa mereka untuk mengambil keputusan sulit meninggalkan rumah dan hartanya demi keselamatan".

Baca Juga: Tampak Pengungsi Baku Tembak TNI Polri Dan TPNPB-OPM Di Paniai

Masyarakat Paniai Timur dan Bibida merasakan dampak langsung dari konflik tersebut. Kehilangan tempat tinggal, ketidakpastian akan keamanan, dan kebutuhan dasar menjadi isu mendesak yang dihadapi oleh warga.

Tanpa banyak pilihan, banyak di antara mereka memilih untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman.

Gereja Katolik Paroki Salib Suci Madi menjadi tempat pengungsian yang dipilih oleh sebagian besar warga.

"Alasan mereka mengungsi ke gereja ini tidak lain adalah karena gereja dianggap sebagai tempat suci yang bisa memberikan perlindungan, bukan hanya secara fisik tetapi juga spiritual".

Gereja juga dikenal sebagai pusat komunitas yang menyediakan bantuan bagi mereka yang membutuhkan.

Baca Juga: OPM Kembali Berulah: Bakar 1 Mobil dan Tembak Mati Sopir Di Paniai

"Situasi di Distrik Bibida hingga saat ini belum juga kondusif. Rasa ketidakamanan masih sangat terasa, ditambah dengan kerusakan yang terjadi di berbagai infrastruktur. Masyarakat yang mengungsi masih enggan untuk kembali, takut dengan kemungkinan terjadinya eskalasi konflik lebih lanjut".

Respons pihak gereja dan komunitas setempat terhadap krisis pengungsian ini sangat vital. Mereka bergerak cepat menyediakan kebutuhan dasar untuk pengungsi, mulai dari tempat berlindung, makanan, hingga pelayanan kesehatan.

Kegiatan ini menjadi bukti solidaritas kemanusiaan yang amat dibutuhkan di tengah kondisi yang tidak menentu.

Harapan untuk mendapatkan solusi perdamaian dan keamanan terus menjadi doa setiap warga yang mengungsi. Langkah ke depan melibatkan semua pihak untuk bersama-sama mencari jalan keluar dari konflik, memulihkan kehidupan warga, dan membangun kembali infrastruktur yang rusak. Kepentingan masyarakat harus menjadi prioritas dalam upaya mencapai perdamaian berkelanjutan.(*)

Editor: Amin Momiage

Tags

Terkini

Terpopuler