Festival Sagu: Tradisi dan Kearifan Lokal Asmat

27 Juni 2024, 19:10 WIB
Festival Sagu: Tradisi dan Kearifan Lokal Asmat /Amin Momiage /Rakyat Papua

RAKYAT PAPUA - Setiap tahun, Dusun Sewermbak, Kampung Syuru di Kabupaten Asmat, menjadi saksi bisu tradisi leluhur yang masih terjaga keasliannya melalui Festival Sagu.

Diiringi dengan semangat masyarakat lokal, Festival ini tidak hanya sekedar perayaan, namun juga upaya pelestarian budaya dan alam.

Dalam prosesnya, kegiatan ini melibatkan berbagai ritual adat, pengetahuan tradisional tentang pengolahan sagu, dan kebersamaan komunal yang menghangatkan.

Festival Sagu di Dusun Sewermbak, Kampung Syuru, kabupaten Asmat didorong oleh Dinas Pariwisata sebagai bagian dari upaya melestarikan warisan budaya lokal serta mempromosikan pariwisata daerah.

"Partisipasi aktif dari masyarakat setempat mengubah festival ini menjadi salah satu peristiwa yang sangat dinantikan, mewujudkan sinergi antara pemeliharaan tradisi dan pengembangan ekonomi lokal melalui pariwisata,"

Ritual Doa Sebelum Penebangan Sagu

Sebelum sagu ditebang, sebuah ritual adat dipimpin oleh pemilik dusun sekaligus tua adat Kampung Syuru, Kornelis Syuru, dilaksanakan.

Ritual ini merupakan ekspresi rasa syukur serta permohonan kepada alam semesta agar proses penebangan dan seluruh acara berlangsung lancar tanpa halangan. Moment ini menegaskan hubungan spiritual yang mendalam antara manusia dengan alam di Asmat.

Prosesi penebangan sagu dilakukan dengan hati-hati dan penuh perhitungan. Setelah pohon sagu tumbang, daun dan pelepahnya dipisahkan.

"Mumu-mumu (istilah lokal untuk gelondongan sagu) kemudian dibelah dan ditotok untuk mengumpulkan pati sagunya. Pekerjaan ini menuntut tenaga ekstra dan kekompakan tim.Air putih yang bercampur dengan serbuk sagu menghasilkan pati sagu yang kental, produk utama yang dihasilkan dari proses yang memakan waktu berjam-jam ini,"

Sambil menunggu pati sagu mengendap, warga beralih ke kegiatan memanen ulat sagu, yang dianggap sebagai makanan lez a... at sagu yang telah ditebang.

"Ulat sagu dikumpulkan dalam wadah tradisional yang terbuat dari daun sagu. Kegiatan festival ditutup dengan penanaman kembali pohon sagu oleh perwakilan TNI, Polri, dan narasumber seminar sagu, Charles Toto, sebagai simbol siklus kehidupan dan keberlanjutan,"katanya.

Festival sagu di Asmat lebih dari sekedar acara budaya. Ini adalah manifestasi dari kearifan lokal dalam menyatu dengan alam, pelestarian budaya, serta upaya komunitas dalam memastikan keberlanjutan sumber daya alam.

"Melalui festival ini, pengalaman berharga tentang harmoni, kebersamaan, dan keberlanjutan terus diajarkan dari satu gener asi ke gener asi berikutnya,"pungkasnya.

Editor: Amin Momiage

Tags

Terkini

Terpopuler