RAKYAT PAPUA, JAYAPURA - Di tengah hutan pinggir kali Kamwolker, Waena, Jayapura, sepenggal catatan pahit tertorehkan. Serangkaian deklarasi yang bertujuan mulia—mengusung aspirasi rakyat menuju kemerdekaan, ternyata berujung pada kegagalan.
Fenomena ini bukan hanya sekedar kejadian singkat, melainkan suatu siklus yang terus berulang dengan aktor dan motif yang serupa. Mencermati sejarah dan aktor di balik deklarasi serta analisis intelektual dapat mengungkap lebih dalam tentang kompleksitas isu tersebut.
Sejarah Deklarasi di Jayapura
Petisi 1,8 juta tahun 2017 menandai salah satu dari sekian banyak percobaan deklarasi yang dicanangkan di Jayapura, khususnya di area Hutan Pinggir Kali Kamwolker, Waena.
Namun, ambisi ini gagal, serupa dengan deklarasi-deklarasi lain yang muncul belakangan. Catatan sejarah ini penting sebagai bahan introspeksi dan pembelajaran bagi gerakan selanjutnya.
Beberapa nama seperti Buktar Tabuni, Beny Wenda, dan Sem Karoba, kerap muncul sebagai tokoh di balik deklarasi. Profil mereka yang kompleks dan kontroversial menambah dinamika pergerakan.
"Keterlibatan mereka seringkali diwarnai oleh konspirasi dan intervensi dari pihak luar, yang bertujuan menggagalkan aspirasi rakyat,"katanya.
Analisis intelektual terhadap deklarasi-deklarasi ini sering kali menunjukkan pola yang sama: sempit, dangkal, dan reaksioner. Paradigma yang diusung belum mampu mengakomodir kompleksitas masalah yang sebenarnya dihadapi, sehingga usaha tersebut kerap berakhir sia-sia.
Daftar Deklarasi yang Gagal