Kehidupan Jadi Istri Kosong Satu!!!

- 21 April 2024, 16:44 WIB
Ilustrasi Rakyat Papua
Ilustrasi Rakyat Papua /

RAKYAT PAPUA - Panggil Mas Lukman di ambang pintu, aku yang tengah mencuci piring dengan menggendong putri kami di balik punggungku hanya mampu meliriknya sekilas. Terdengar helaan nafasnya berat, aku tahu, mungkin suamiku tengah kasihan melihat bibir ini yang memucat, namun tak kunjung makan meskipun hari sudah siang.

“Ada apa, Mas?” Sahutku berpura-pura tidak terjadi apa-apa. Padahal aku sudah sangat lelah, hari ini pernikahan adik Mas Lukman. Dan untuk itu aku ikut rewang, membantu hajatan. Meskipun tak pernah dianggap ada oleh keluarganya yang berada.

“Dek, didalam ada bagi-bagi baju keluarga. Mas sudah ada, tapi ibu belum ngasih untukmu. Kamu nggak mau bertanya, Dek?” Ucapnya ragu-ragu.

Aku membuka mulutku, membuang nafas yang terasa menyempitkan dada. Tidak perlu suamiku bertanya demikian, jika aku tak dapat, ya tidak apa-apa. Aku sadar akan posisiku yang tak berpunya.

“Sudahlah, Mas. Tak perlu, yang terpenting Layung dan Mumtaz dapat seragam yang sama.” Timpalku cepat, aku beringsut bangkit. Mengangkat bak cucian piring yang sudah dicuci, namun dengan sigap suamiku meraihnya dan membantuku.

Kuhela nafasku. Menatap raut wajahnya yang berubah murung, aku yakin. Ada sesuatu yang terjadi, akan tetapi suamiku tak berani bersuara.

“Ada apa?” Kali ini aku memberanikan diri untuk bertanya.

Dapur sedang sepi, karena yang rewang ada yang pulang sebentar untuk sholat ataupun berbenah rumah. Sedangkan keluarga inti ada di dalam, di ruang keluarga. Aku sendirian disini, tidak pula berani ke depan. Takut menjadi bulan-bulanan mereka yang melihat ku jijik.

“Mumtaz dan Layung tak dapat.” Akhirnya suamiku membuka suara, seraya tangannya menyimpan piring juga gelas ke atas amben yang diperuntukan untuk menampung peralatan makanan yang masih basah.

Halaman:

Editor: Amin Momiage


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah